Kamis, 03 Desember 2009
Karyawati Tewas Setelah Masturbasi dengan Belut
Pojokkuansing:
Percakapan itu membahas sesuatu yang sulit dipercaya. Ya, Nita dan Sofi, dua karyawati sebuah perusahaan di daerah Mukakuning, Rabu malam tengah asyik membicarakan isu yang tengah menghangat di Mukakuning. Isu itu menyebutkan, ada seorang gadis yang tewas setelah melakukan masturbasi dengan belut. POSMETRO, Rabu malam itu ada di dekat Nita dan Sofi di sebuah tempat kos di Bengkong.
Berawal dari informasi “kabur” dari Nita dan Sofi itulah, seharian kemarin POSMETRO berburu informasi soal tewasnya gadis oleh belut yang dipakai onani. “Iya, sekarang di pete udah heboh, semua ceritanya itu aja,” ini penjelasan Luky, salah seorang pekerja yang bekerja di kawasan Batamcenter, ketika ditanya soal kebenaran isu cewek tewas beronani belut. Luky mengaku mendengar kabar itu dari salah seorang temannya yang bekerja di kawasan Mukakuning.
Dari Mukakuning, isu tersebut semakin kuat terdengar. Di Dormitori Blok R26 dan R30, blok paling ujung yang menjadi tempat hunian karyawan Mukakuning, POSMETRO bertanya pada seorang wanita yang kebetulan lewat. “Iya, saya dengar kabarnya kayak gitu, tapi bukan di blok sini,” ungkapnya wanita berjilbab tersebut sesaat setelah mengisi buku absen keluar-masuk blok.
Informasi dari wanita berjilbab tersebut, dikuatkan oleh Komaruddin, salah seorang sekuriti di blok tersebut. “Iya, kabarnya seperti itu, saya baru dengar semalam,” ungkapnya. “Betul ya? Masak saya gak dengar, gila betul cewek itu kalau memang seprti itu,” Laode, rekan kerja Komaruddin ikut nimbrung pembicaraan.
Dari Blok R, POSMETRO mencoba kembali mencari kebenaran peristiwa tersebut ke Blok Q. Di sini, POSMETRO mendapatkan informasi yang mengejutkan. “Saya dengar-dengar gitu sih, sekitar dua minggu lalu, katanya ia habis nonton film porno habis itu gak tahan dan beli belut, kemudian belutnya masuk dalam kemaluannya. Katanya anak PT TEAX. Tapi saya gak tahu pasti juga orangnya,” ungkap pria yang mengaku bernama Yadi. Dari informasi Yadi inilah diketahui almarhumah semasa hidup tinggal di Blok Q.
Mendengar informasi tersebut Irwan, sekuriti Blok Q yang bertugas pagi itu pun kaget. “Mungkin dirahasiakan, masak kami gak tahu. Kadang gitu anak dom (dormitori) ini apabila mereka butuh baru lapor kami kalau gak mereka cuek-cuek aja,” Irwan menduga.
Begitu juga dengan Alfonso, salah seorang sekuriti membenarkan kabar tersebut. “Saya dengarnya juga baru semalam, katanya belutnya masuk dalam kemaluannya dan wajahnya katanya membiru,” ungkapnya.
Namun, tak semua orang tahu isu tewasnya seorang karyawati Mukakuning karena belut yang dipakainya bermartubasi. Ridwan, staf administrasi sekuriti Batamindo mengaku tidak mengetahui adanya informasi tersebut. “Gak tahu. Meninggal karena belut mungkin isu aja, dari mulut ke mulut,” katanya pendek.
Namun, kata Ridwan, pada pertengahan bulan November silam pihaknya memang mendengar adanya kabar bahwa salah seorang penghuni dormitori meninggal dunia dan ternyata kabar itu tidak benar. “Setelah kami cek ternyata gak ada yang meninggal,” ungkapnya.
Sumber POSMETRO yang lain menegaskan, sebelum tewas, gadis malang yang kabarnya bermartubasi dengan belut itu sempat dilarikan ke salah satu klinik di kawasan Mukakuning. Karena parah, korban sempat dirujuk ke RS Otoritra Batam. Namun, dari dua tempat kesehatan tersebut, POSMETRO tak mendapatkan informasi apa-apa yang memperkuat adanya isu gadis tewas karena belut masuk kemaluan mereka.(rpg)
Selasa, 01 Desember 2009
Keluarga Korban Insiden Dumai Expres Ngamuk di Markas Syahbandar
Kepri: Ketegangan sempat terjadi, Senin (30/11) siang di kantor Departemen Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Laut Kantor Pelabuhan Batam, Sekupang. Pasalnya, keluarga korban tenggelamnya kapal Dumai Exsprss 10 yang baru saja datang dari Tanjung Balai Karimun tidak dapat menemui pejabat di kantor tersebut.
“Mana kepala Syahbandarnya, kami disuruh kesini, dia kok (nggak) ada, dia harus bertanggung jawab atas semua ini,” teriak Ramon, salah seorang keluarga korban. Ramon mengatakan di Tanjung Balai Karimun, setelah dilakukannya penghentian pencarian korban mereka diarahkan oleh syahbandar Karimun untuk kembali berkordinasi dengan syahbandar yang berada di Batam. “Makanya kami kesini lagi (Batam),” ujarnya.
Hingga 30 menit setelah kedatangan mereka sekitar pukul 13.30 WIB, barulah kemudian Amirudin Kabid Kesyahbandaran Batam sampai di kantor tersebut, diikuti AKP Dasrul, Kapolsek KPPP dan salah seorang perwakilan Dumai Express.
Kemudian para keluarga korban mengadakan pertemuan dengan ke tiga pejabat tersebut. Belum tahu pasti isi dari pertemuan itu. namun yang pasti keluarga korban meminta kejelasan pertanggung jawaban syahbandar dan pihak Dumai Express sebagai operator kapal. Sampai berita ini ditulis pertemuan masih berlangsung.
Seperti halnya yang dialami Wiwik (19). Hingga saat ini ibunya, Yastinar (48) alis Upik dan Gina Oktavani (8), adiknya belum juga ditemukan. Yatinar terdaftar dalam manifest nomor 97. Air matanya terus saja nampak mengalir. “Saya yang ngantar ibuk langsung,” ungkapnya sambil kembali menyeka air matanya.
Begitu juga dengan Yarlis (33), pria ini kehilangan istri dan dua anaknya yakni, Herti Situmorang (30), Hizatuliana (6,5) berjenis kelamin perempuan dan M Rezi (3,5), laki-laki.
Kesedihan yang sama juga dirasakan Ramon empat orang keluarganya belum ditemukan, yakni Sriyanti (37), Ronal (11), Putri (9) dan Aisah (2,5). Ronal tercatat dalam manifest nomor 140 dan Sriyanti nomor 141.
Kelurga korban juga menyesalkan dengan cara pencarian keluarga mereka. “Kami lihat dua hari penyelaman kemarin alat-alatnya kami lihat sangat kurang.
Waktunya pun terbatas, coba Tim berangkat pukul sebelas ke lokasi dua jam, baru nyampe ke lokasi jam satu siang, nyelam sebentar aja balik lagi,” ungkap Davit salah seorang keluarga korban diamini kelurga korban yang lain.(qul)
“Mana kepala Syahbandarnya, kami disuruh kesini, dia kok (nggak) ada, dia harus bertanggung jawab atas semua ini,” teriak Ramon, salah seorang keluarga korban. Ramon mengatakan di Tanjung Balai Karimun, setelah dilakukannya penghentian pencarian korban mereka diarahkan oleh syahbandar Karimun untuk kembali berkordinasi dengan syahbandar yang berada di Batam. “Makanya kami kesini lagi (Batam),” ujarnya.
Hingga 30 menit setelah kedatangan mereka sekitar pukul 13.30 WIB, barulah kemudian Amirudin Kabid Kesyahbandaran Batam sampai di kantor tersebut, diikuti AKP Dasrul, Kapolsek KPPP dan salah seorang perwakilan Dumai Express.
Kemudian para keluarga korban mengadakan pertemuan dengan ke tiga pejabat tersebut. Belum tahu pasti isi dari pertemuan itu. namun yang pasti keluarga korban meminta kejelasan pertanggung jawaban syahbandar dan pihak Dumai Express sebagai operator kapal. Sampai berita ini ditulis pertemuan masih berlangsung.
Seperti halnya yang dialami Wiwik (19). Hingga saat ini ibunya, Yastinar (48) alis Upik dan Gina Oktavani (8), adiknya belum juga ditemukan. Yatinar terdaftar dalam manifest nomor 97. Air matanya terus saja nampak mengalir. “Saya yang ngantar ibuk langsung,” ungkapnya sambil kembali menyeka air matanya.
Begitu juga dengan Yarlis (33), pria ini kehilangan istri dan dua anaknya yakni, Herti Situmorang (30), Hizatuliana (6,5) berjenis kelamin perempuan dan M Rezi (3,5), laki-laki.
Kesedihan yang sama juga dirasakan Ramon empat orang keluarganya belum ditemukan, yakni Sriyanti (37), Ronal (11), Putri (9) dan Aisah (2,5). Ronal tercatat dalam manifest nomor 140 dan Sriyanti nomor 141.
Kelurga korban juga menyesalkan dengan cara pencarian keluarga mereka. “Kami lihat dua hari penyelaman kemarin alat-alatnya kami lihat sangat kurang.
Waktunya pun terbatas, coba Tim berangkat pukul sebelas ke lokasi dua jam, baru nyampe ke lokasi jam satu siang, nyelam sebentar aja balik lagi,” ungkap Davit salah seorang keluarga korban diamini kelurga korban yang lain.(qul)
Langganan:
Postingan (Atom)